Pada Pameran Budaya Panji, Perpusnas membagikan buku terbitan hasil alih aksaran dan terjemahan naskah Panji (Perpusnas/Yudhi Irawan)
Kediri - Koleksi Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI menjadi salah satu item yang menarik minat pengunjung Pekan Budaya dan Pariwisata 2019. Salah satunya adalah naskah kuno cerita Panji yang telah berusia ratusan tahun. Naskah kuno itu, dan beberapa naskah di daun lontar, menjadi bahan yang dipamerkan di stan Perpusnas.
Ada empat naskah kuno yang dibawa oleh Perpusnas. Antara lain naskah Hikayat Panji Kuda Semirang, Syair Ken Tambuhan, Panji Anggraeni, dan Malat. Naskah kuno itu terpajang rapi dalam kotak kaca.
Di antara keempat naskah Panji tersebut, naskah Malat agaknya yang paling menyita atensi pengunjung. Pasalnya naskah cerita tersebut diguratkan pada daun lontar. Sementara ketiga naskah Panji lainnya ditulis di kertas dan dibukukan. Namun kesan sakral tetap melekat dan tidak hilang. Belum lagi ditambah dengan warna kertas yang telah menguning.
Pihak Perpusnas RI sendiri mengaku memang diundang untuk membawa naskah kuno tersebut. Tujuan utamanya adalah untuk memberikan edukasi dan sosialisasi kepada para pengunjung. “Rasanya miris kalau warga Kediri sendiri tidak mengetahui cerita Panji,” celetuk Staf Perpusnas RI Yudi Irawan kepada Jawa Pos Radar Kediri, kemarin.
Yudi menambahkan bahwa cerita Panji bahkan telah diakui sebagai KEDIRI KABUPATEN - Koleksi Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI menjadi salah satu item yang menarik minat pengunjung Pekan Budaya dan Pariwisata 2019. Salah satunya adalah naskah kuno cerita Panji yang telah berusia ratusan tahun. Naskah kuno itu, dan beberapa naskah di daun lontar, menjadi bahan yang dipamerkan di stan Perpusnas.
Ada empat naskah kuno yang dibawa oleh Perpusnas. Antara lain naskah Hikayat Panji Kuda Semirang, Syair Ken Tambuhan, Panji Anggraeni, dan Malat. Naskah kuno itu terpajang rapi dalam kotak kaca.
Di antara keempat naskah Panji tersebut, naskah Malat agaknya yang paling menyita atensi pengunjung. Pasalnya naskah cerita tersebut diguratkan pada daun lontar. Sementara ketiga naskah Panji lainnya ditulis di kertas dan dibukukan. Namun kesan sakral tetap melekat dan tidak hilang. Belum lagi ditambah dengan warna kertas yang telah menguning.
Pihak Perpusnas RI sendiri mengaku memang diundang untuk membawa naskah kuno tersebut. Tujuan utamanya adalah untuk memberikan edukasi dan sosialisasi kepada para pengunjung. “Rasanya miris kalau warga Kediri sendiri tidak mengetahui cerita Panji,” celetuk Staf Perpusnas RI kepada Jawa Pos Radar Kediri, kemarin.
Ia menambahkan bahwa cerita Panji bahkan telah diakui sebagai Memory of World (MOW) atau ingatan dunia. Yakni oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Setelah resmi didaftarkan tahun 2016. Hal ini tercantum dalam situs resmi Memory of the World–UNESCO tertanggal 31 Oktober 2017.
Dalam situsnya, UNESCO mendeskripsikan cerita Panji sebagai dongeng dari abad ke-13. Mengenai petualangan Pangeran Panji, seorang pahlawan Jawa yang mencari sang kekasihnya Puteri Candra Kirana. Hal itu dilakukan dalam berbagai penyamaran dengan berbagai nama yang berbeda. Sebelum akhirnya mereka berkumpul kembali.
Melihat antusiasme pengunjung, pihak Perpusnas mengaku sangat mengapresiasi hal tersebut. Apalagi pengunjung yang tertarik dengan koleksi naskah-naskah tersebut datang dari berbagai kalangan umur.
“Banyak juga yang tanya-tanya apakah naskah ini? Bagaimana isi cerita Panji tersebut? Kami di sini memang untuk memberikan edukasi tersebut kepada para pengunjung.”
Staf Perpusnas menambahkan bahwa koleksi naskah yang dibawa pihaknya tersebut berbahasa Melayu, Jawa, dan Bali atau Lombok. Naskah yang berbahasa Melayu tersebut Hikayat Panji Kuda Semirang dan Syair Ken Tambuhan. Sementara naskah Panji dengan bahasa Jawa adalah Panji Anggraeni. Sedangkan naskah Malat yang diguratkan pada daun lontar itu berbahasa Bali/Lombok.
Salah seorang pengunjung yang mengaku tertarik dengan koleksi Perpusnas tersebut adalah Endi Siswanto, 45, asal Desa/Kecamatan Wates. Pria yang berkunjung bersama keluarganya tersebut memang selalu tertarik dengan wisata edukasi semacam ini.
“Kebetulan anak saya memang suka dan cinta dengan cerita-cerita sejarah. Oleh karena itu kami sekeluarga menyempatkan datang ke sini,” aku Endi kepada koran ini.
Sumber: https://radarkediri.jawapos.com/read/2019/07/09/145272/edukasi-cerita-panji-dengan-naskah-kuno-di-daun-lontar