Jumat, 22-10-2021 | 03:56:26 WIB

Perpusnas Melakukan Pendaftaran dan Verifikasi Naskah Kuno Koleksi Masyarakat di Sulawesi Selatan

Diposting oleh : I Wayan Pande Sumardika

Tim verivikasi sedang melakukan deskripsi naskah koleksi Bapak Ahmad Saransi

Tim dari perpustakaan Nasional RI kembali melakukan kegiatan Pendaftaran dan Verifikasi naskah kuno yang berada di daerah. Kali ini daerah yang dituju yakni Provinsi Sulawesi Selatan. Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 7 sampai dengan 11 juni 2021, dengan tim yang beranggotakan empat orang, yaitu Ipuk Wahyu Utami (Pustakawan Ahli Muda), Munasriana (Pustakawan Ahli Pertama), Erma Purwati (Pustakawan Ahli Pertama), dan I Wayan Pande Sumardika (Pustakawan Ahli Pertama). Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai data naskah kuno yang berada di Provinsi Sulawesi Selatan, terutama yang masih tersebar di masyarakat. Data tersebut meliputi: metadata naskah, kondisi fisik naskah, kondisi tempat penyimpanan, pemanfaatan naskah, dan komitmen pelestarian naskah dari pemiliknya. Data yang telah dihimpun selanjutnya diinput ke dalam laman pernaskahan.perpusnas.go.id.

Lokasi yang difokuskan dalam Pendaftaran dan Verifikasi kali ini berjumlah lima lokasi. Tiga diantaranya berada di kota Makassar yakni: (1) Kediaman H. Andi Ahmad Saransi, (2) Kediaman Arwan Tjahjadi, dan (3) Kediaman Husnul Fahimah Ilyas. Satu lokasi berada di Kabupaten Gowa, yaitu (4) Kediaman Bapak Nasruddin. Lokasi terakhir berada di Kabupaten Takalar yakni di (5) Kediaman Bapak Syamsuddin Dg. Bunga.

Kediaman H. Andi Ahmad Saransi

Di kediaman Ahmad Saransi terdapat 21 buah naskah yang menggunakan media kertas dan 1 buah naskah dengan media lontar yang disimpan dalam lemari penyimpanan.Naskah milik Bapak Ahmad Saransi merupakan warisan keluarga dan didapatkan dari masyarakat. Sebelumnya naskah-naskah ini disimpan di tempat kerja, tetapi saat ini sudah disimpan di rumah. Naskah-naskah Ahmad Saransi sebagian sudah memiliki kode penomoran tetapi belum dideskripsi dan dibuatkan katalog dengan baik. Kode koleksi atau kode penomoran naskah-naskah koleksi tersebut yaitu AS yang di ambil dari abjad awal pada nama beliau yakni Ahmad Saransi. Sebagian besar naskah masih dalam kondisi baik. Walaupun ada beberapa naskah yang sudah sobek, beberapa lembar halaman hilang, tidak bersampul dan jilidannya rusak.

Koleksi naskah Ahmad Saransi saat ini digunakan untuk bahan penelitian pribadi maupun mahasiswa yang sedang melakukan penelitianLatar belakang pendidikannya sebagai alumni sejarah menjadikannya tekun melakukan penelitian di bidang kesejarahan dan senang berbagi pengetahuan dengan mahasiswa jurusan sejarah. Salah satu tulisannya yang merupakan hasil alih bahasa dari naskah kuno sudah diterbitkan dalam bentuk buku dengan judul “Lontaraq Bilang: Mozaik Pergolakan Batin Seorang Perempuan Bangsawan”.

Kediaman Ir. Arwan Tjahjadi

Arwan Tjahjadi adalah seorang pengusaha jasa hotel yakni Losari Hotel yang tersebar di beberapa destinasi wisata, seperti Makassar dan Bali. Di kediaman beliau terdapat 54 buah naskah yang disimpan dalam peti kayu khusus dan diletakkan di lantai bersama koleksi benda-benda tua dan antik lainnya dalam sebuah ruang khusus di lantai dua rumahnya. Peti tersebut tampak sangat tua dan berdebu. Katanya, peti tersebut baru tiga kali dibuka sejak diwariskan, dan pada saat tim verifikasi datang adalah kali ketiganya.

Naskah milik Arwan merupakan warisan dari neneknya. Sebelumnya naskah-naskah ini disimpan oleh kakaknya yang tinggal di Jakarta. Kemudian dua tahun terakhir, naskah tersebut diberikan kepadanya. Menurut penuturannya, dahulu naskah-naskah ini dihadiahkan oleh kakeknya kepada sang istri yakni nenek dari Arwan Tjahjadi karena sang istri senang dengan cerita tradisional. Neneknya kemudian menggunakan naskah ini untuk mendongeng sebelum tidur kepada Arwan dan kakaknya. Setelah neneknya meninggal, naskah tersebut sempat terbengkalai karena tidak ada yang mau membuka peti penyimpanannya. Naskah-naskah milik Arwan, dikatakan beberapa diantaranya disalin oleh seorang sastrawan peranakan Cina yang tinggal di Makassar bernama Ho Eng Djie.

Isi naskah koleksi pemilik Losari Hotel ini cukup unik karena bernuansa campuran antara Cina dan Makassar. Terdapat naskah yang berisi cerita Cina yang ditulis dalam aksara Lontaraq dan berbahasa Makassar. Pada naskah tersebut penulisan nama tetap menggunakan aksara Mandarin. Selain itu, juga terdapat naskah yang berisi catatan harian, astronomi, astrologi dan penjelasan tentang watak seseorang, serta yang paling banyak adalah cerita Sam Kok dengan jumlah naskah beberapa jilid. Salah satu naskah yang disimpan pada terdapat teks yang ditulis dalam bahasa Makassar yang kurang lebih artinya berbunyi “Inilah kisah/cerita tentang I Lim beserta kakak iparku di tanah Cina, perbaiki jika ada kekeliruan.

Tersimpan dalam peti kayu dalam waktu lama, membuat naskah-naskah tersebut cukup memprihatinkan. Banyak dari naskah tersebut yang sudah lepas jilidan dan dalam kondisi kotor dan berdebu. Kertas naskah juga tampak kering dan rapuh, serta beberapa diantaranya mengalami sobek. Kebanyakan naskah tanpa sampul. Koleksi naskah Arwan saat ini hanya disimpan begitu saja sebagai warisan leluhur. Belum ada pemanfaatan lebih lanjut pada naskah-naskah ini karena minimnya pengetahuan pemilik pada aksara dan bahasa naskah.

Kediaman Husnul Fahimah Ilyas

Husnul adalah seorang anggota komunitas belajar kesusastraan Bugis-Makassar yakni Mahesty (Makassar Heritage Society). Komunitas ini fokus pada belajar membaca, menulis dan menerjemahkan aksara lontaraq dari tingkat dasar hingga mahir. Pada tingkat mahir, anggota komunitas belajar menerjemahkan naskah kuno yang beraksara lontaraq dan berbahasa Bugis-Makassar ke dalam Bahasa Indonesia. Di kediaman Husnul terdapat 8 (delapan) buah naskah yang disimpan dalam lemari kayu yang biasa digunakan untuk menyimpan buku. Naskah yang tersimpan di rumah Husnul cukup bervariasi. Dilihat dari bahasanya, ada yang berbahasa Arab dan Bugis. Aksara yang digunakan adalah Arab Serang, Arab dan Lontaraq. Media yang digunakan untuk menulis naskah-naskah tersebut sebagian besar Kertas Eropa. Namun, ada juga yang ditulis pada kertas Folio. Naskah kuno tersebut ia dapatkan dari pemberian oleh seorang pemilik naskah sebelumnya. Pemilik tersebut memberikan naskah kepadanya karena menurut pemilik, ia dapat merawat dan memanfaatkan dengan lebih baik. Koleksi naskah milik Husnul yang beraksara Lontaraq, dimanfaatkan oleh anggota komunitas Mahesty (Makassar Heritage Society). 

Kediaman Bapak Nasruddin

Bapak Nasruddin adalah seorang dosen yang mengajar di salah satu perguruan tinggi di kota Makassar. Di kediamannya tersimpan beberapa dokumen akan tetapi hanya dua dokumen yang merupakan naskah kuno. Kedua naskah tersbut menurut penuturan beliau, merupakan pemberian dari orang secara cuma-cuma agar dapat dimanfaatkan untuk kepentingan orang banyak. Naskah tersebut disimpan dalam tas koper kain berukuran kecil dan diletakkan di atas lemari tempat pakaian.

Kondisi naskah milik Nasruddin dalam kondisi yang cukup baik. Masih dapat terbaca sekalipun banyak terdapat  bercak coklat, lubang serangga serta jilidan naskah yang mulai lepas. Naskah pertama berisi tentang hubungan manusia dengan Tuhan. Keunikan naskah ini bertambah dengan adanya beberapa ilustrasi berupa bagan sifat-sifat Allah dan kategorinya. Ada juga ilustrasi yang berisi gambar nama-nama sahabat nabi Muhammad SAW. Naskah kedua berisi berbagai teks seperti sejarah Wajo dan bagan berisi silsilah keluarga. Naskah ini  digunakan untuk bahan pembelajaran kepada para mahasiswanya.

Kediaman Bapak Syamsuddin Dg. Bunga

Naskah koleksi Syamsuddin merupakan warisan dari orang tuanyaDari penuturan beliau, dikatakan bahwa beliau mendapat petunjuk dari mimpi agar merawat naskah tersebut. Di kediamannya tersimpan setidaknya 2 (dua) buah naskah yang diletakkan di bagian atas  lemari pakaian. Naskah milik Syamsuddin berisi tentang  doa-doa yang dapat digunakan sebagai penangkal sihir-sihir jahat dan orang yang terkena penyakit yang disebabkan oleh gangguan ilmu hitam. Salah satu naskah milik Syamsuddin sudah mengalami kerusakan yang cukup parah, seperti korosi pada tinta tulisan dan terlepas dari jilidan hingga patah menjadi kepingan-kepingan kecil. Naskah ini dimanfaatkan untuk membantu masyarakat di daerah sekitarnya. Pemanfaatan naskah yakni untuk mengobati orang-orang yang mengalami gangguan ilmu hitam, kesurupan atau pengaruh sihir jahat lainnya. “Sering dibacakan kalau ada orang yang sakit kena sihir dan santet, dibacakan saja” ujarnya.

 

Naskah-naskah di Provinsi Sulawesi Selatan tersebar di beberapa wilayah antara lain kota Makassar, kabupaten Gowa dan beberapa wilayah lain, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa di semua pelosok daerah tersebut terdapat naskah-naskah yang disimpan oleh perorangan dan belum tersentuh maupun terekspos. Hal ini disebabkan minimnya informasi, pemahaman dan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian naskah kuno. Hasil verifikasi yang dilakukan oleh tim Perpusnas, terutama dari aspek kondisi lingkungan memberikan peringatan bahwa suhu yang tinggi, udara yang sangat lembap akan menjadi faktor penentu kelestarian naskah-naskah di atas ke depannya. Tidak menutup kemungkinan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti kurangnya komitmen pemilik untuk melestarikan naskah yang dimilikinya.

 


Berita Lain