Selasa, 20-08-2019 | 10:52:10 WIB

Peserta Kursus Jawa Kuno ke-5 Ekskursi ke Candi

Diposting oleh : Yudhi

Foto bersama peserta sebelum berkunjung ke candi.

Karanganyar - Peserta "5th International Intensive Course in Old Javanese 2019" melakukan ekskursi lapangan di beberapa candi di Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Ekskursi diadakan selama dua hari, Sabtu-Ahad, 27-28 Agustus 2019. Hari pertama ada dua candi dan satu situs di Karanganyar, Jawa Tengah, yang didatangi peserta, yakni Candi Sukuh dan Cetho, serta situs Plagatan.

Hari kedua studi lapangan diadakah di lima candi dan satu situs di sekitar Yogyakarta dan Jawa Tengah. Di antaranya, yakni Candi Sambisari, Kedulan, Sojiwan, Abang, Plaosan, dan Situs Gua Sentono.

Studi ekskursi ini termasuk bagian dari kursus internasional intensif Jawa Kuno ke-5 2019 yang diselenggarakan atas hasil kerja sama antara Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, École français d’Extrême-Orient (EFEO), dan École Pratique des Hautes Études (EPHE).

Selama dua hari menjelajahi candi-candi dan situs tersebut, para peserta mendapati banyak inskripsi beraksara dan berbahasa Jawa Kuno. "Secara umum prasasti atau inskripsi berisi informasi tentang tempat tersebut," kata Arlo Griffiths, salah satu pengajar yang merupakan pakar epigrafi dari EFEO.

Salah satu inskripsi pada Candi Sukuh misalnya. "Catatan" yang terpahat pada punggung arca garuda menerangkan tahun pembuatan yang bisa ditafsirkan sebagai tahun awal mula pembuatan candi tersebut. Hal menarik lainnya juga ditemukan di Candi Plaosan di Klaten, Jawa Tengah. Setelah diperhatikan lebih detail, setiap candi perwara (candi pendamping atau candi anak) dari Candi Plaosan memiliki inskripsi pendek.

Sebelum ekskursi di lapangan, selama lima hari pertama di kelas tingkat pemula, pembelajaran fokus pada tata bahasa Jawa Kuno. Setelah itu, pada pekan kedua, para peserta diberikan materi membaca teks Adiparwa dan Kakawin Ramayana. Sedangkan di kelas tingkat lanjut, peserta langsung membaca berbagai teks, mulai dari teks akawin, tutur dan prasasti.

Selain Arlo Griffiths, kursus intensif selama dua pekan ini juga diisi oleh pengajar kelas dunia, seperti Andrea Acri, pakar Jawa Kuno dan Sansekerta dari EPHE; dan, Tom Hunter, pakar linguistik Jawa Kuno dan Sansekerta dari University of British Columbia, Kanada.

Adapun pengajar dari dalam negeri, yaitu Agung Kriswanto, filolog dari Perpusnas; Yosehin Apriastuti Rahayu, staf pengajar Jawa Kuno dan Sansekerta dari Universitas Gadjah Mada; dan, Zakariya Pamuji Aminullah.

"Tujuan kursus ini agar para peserta bisa membaca sekaligus menganalisis teks-teks Jawa Kuno dan memanfaatkannya sebagai referensi penelitian," kata Kepala Bidang Layanan Koleksi Khusus, Yeri Nurita, dalam pembukaan kursus, Ahad, 21 Juli 2019.

Yeri mewakili Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Perpusnas Ofy Sofiana membuka kursus ini. "Harapannya, riset tentang Jawa Kuno akan makin berkembang."

Yeri berharap tahun depan akan ada kelas tambahan, yakni kelas advance berbahasa Indonesia. Tujuannya, untuk mengakomodasi para peneliti dari dalam negeri. "Dengan begitu penelitian tentang Jawa Kuno juga bisa sering dilakukan di dalam negeri," ujarnya.

Selain itu, dia berharap generasi baru filolog Jawa kuno juga dapat bekerja sama membangun kemitraan internasional, sehingga menghasilkan beragam penelitian yang berkualitas.

 

Amri Mahbub Alfathon


Berita Lain